Senin, 21 April 2014

Gangguan Kecil di Soetta

Istri saya pergi dinas ke luar kota selama tiga hari. Sebuah rutinitas kerja dan resiko kalau jadi pegawai negeri sipil di departemen manapun. Makanya sore itu saya mengantarkan istri saya ke Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta.

Selesai berpesan jangan ini dan itu, dengan berat hati saya melepas kepergian sang istri. Memandangnya pergi dan menghilang dibalik kerumunan orang di pintu masuk penerbangan. Sedih sih, tapi sekarang saya harus pulang.

Pilihan transportasi umum dari Bandara memang bervariasi. Bisa saja naik bus Damri menuju berbagai arah, naik taksi, juga travel car. Bahkan transportasi yang tak anda duga. Ojek!

Singkat cerita, saya memilih naik taksi saja. Memang harus merogoh kocek lebih dalam, tapi setidaknya cuma sekali naik dan sampai ke rumah. Hanya saja bagi siapapun yang hendak naik taksi, waspadalah. Cari taksi yang benar-benar resmi. Jangan sampai naik taksi abal-abal yang tidak jelas. Memang sih gak perlu antre. Tapi dijamin bakal lebih mahal dari taksi resmi. Percayalah!

Setelah pesan taksi, ternyata antrean saya lumayan menyebalkan, delapan. Itu pun harus menunggu taksinya masuk. Sambil duduk dan bermain-main dengan hape, saya pun menunggu taksi saya. Belum berapa lama saya duduk, seorang pria berjaket hijau tentara mendekat dan duduk di samping saya.

"Parfum mas!", katanya sambil mengeluarkan kotak parfum besar merk Bvlgari.

"Hah?" Saya agak kaget

"Ini Lho, coba dulu aja parfumnya, wanginya enak nih." Katanya lagi.

"Apa? Enggak mas, saya gak pake parfum gituan," ujar saya sedikit geli. Wah dia gak mikir ya? Di botolnya aja tertulis for women alias buat cewek.

"Murah kok!" Ujarnya sambil menyorongkan box parfum itu pada saya.

"Wah enggak mas, makasih deh. Coba tawarin ke ibu-ibu atau mbak-mbak lain, siapa tahu ada yang mau." Ujar saya sambil menunjuk tulisan for Women di boks parfum.

Pria itu pun tersenyum lalu pergi. Saya cuma menggeleng dan merasa aneh. Terus terang selama hilir mudik main ke bandara. Baru sekarang ada yang seperti ini.

Baru semenit saya asik berkutat dengan game di hape saya, datanglah seorang wanita setengah baya duduk di samping saya.

"Permisi pak, siapa tahu minat. Saya jualan hape BlackBerry tipe baru lho. Murah kok! cuma sejutaan aja."Ujarnya sambil memperlihatkan isi tas jinjingnya. Dan memang saya lihat ada tiga kotak hape yang bersegel plastik.

"Wah makasih bu, saya..."

"Mau yang mana? tipe apa? saya terima transfer atm kok!"Ujarnya sambil menaruh kotak hape itu di pangkuan saya.

"Wah saya punya hape kok, makasih deh." Ujar saya sambil mengambil kotak hape itu dan meletakkannya kembali ke tasnya.

"Ayo pak, boleh dibuka dan dicoba kok!" Ujarnya lagi. Jujur saja, wanita ini memang cukup gigih. lebih dari sepuluh menit dia berjuang menawarkan dagangannya. meski akhirnya dia menyerah tanpa permisi begitu melihat ada pria muda berpakaian dandy yang duduk tak jauh dari saya. Jujur, saja rasanya ingin berterima kasih pada orang itu, namun melihat penderitaannya yang bingung saat di'serang' oleh si wanita dan dagangannya, saya kasihan juga sih.

Tak berapa lama datanglah pria yang tadi menawarkan saya parfum. Kali ini dia membawa dua kotak parfum. Aigner Black dan Jacomo.
"Nah kali ini buat cowok mas, tadi sih saya salah bawa," katanya tersenyum bangga.

Men!Jujur yang ini bikin saya menyeringai geli.

"Mas, coba tawarin parfum ke orang itu tuh!" Kata saya sambil menunjuk seorang pria yang berdiri sambil memegang tablet phone.

"Lho kalo mas kenapa memang?"jawabnya bego.

"Duh mas, liat aja saya. Saya bukan tipe laki-laki dandan kan? Kalau yang itu beda!" Ujar saya menunjuk pria dengan tab yang memang berpakaian necis. Kemeja ketat ala metrosexual, serta mengenakan skinny jeans.

"Coba deh!" saya menyarankan lagi. Sang pria itu mengangguk, kemudian menghampiri orang yang tadi saya tunjuk.

Baru selesai satu, si perempuan bertas jinjing penjual hape itu datang lagi ke saya.

"Nih pak, saya lihat kayaknya situ gak suka BB, jadi saya bawakan android tipe baru. Coba deh dilihat, barangnya ok punya kok." Katanya dengan wajah berapi-api, dan saya pun langsung tepok jidat.

"Aduh, mbak! coba lihat saya deh. Tampilannya aja kayak gini. Memangnya dari tampang saya kelihatan kayak yang sering gonta-ganti hape gituh?"

Wanita itu pun kini memandangi saya dari ujung rambut sampai ujung sendal. "Enggak sih," jawabnya.

"Tepat! jadi biar dagangannya laku mbak musti pinter pilih target." Jelas saya berlagak seolah konsultan marketing papan atas. Lucunya, si mbak ini bengong dan mendengarkan dengan seksama.

"Nih ya, lihat ibu-ibu disana yang pake anting besar dan pakai baju loreng kayak trio macan itu?" jawab saya menunjuk seorang ibu dengan troli yang sedang antre beli roti Papabunz.

"Saya yakin, dari gelagatnya, pasti dia ibu-ibu gaul tukang belanja yang sering gonta ganti hape. Coba deh tawarin. Moga-moga aja beruntung," ujar saya meyakinkan.

Wanita bertas jinjing itu pun segera meluncur seperti rudal ke arah wanita yang tadi saya tunjuk. Masih tanpa permisi juga. Tapi setidaknya saya bernapas lega. Gangguan sudah hilang sekarang. Dan kabar baik lagi, porter taksi memanggil saya, karena tumpangan saya sudah datang. Saya pun bangkit dan melangkah menuju kendaraan yang akan ditumpangi. Namun baru dua tiga langkah, pria penjual parfum itu tahu-tahu ada di depan saya.

"Sukses mas, dia beli satu. Kira-kira yang mana lagi ya yang suka parfum?" Ujarnya sambil cengengesan. Aduh, saya pun tepok jidat.

"Coba bapak yang pake jam mahal tuh," kata saya menunjuk seorang bapak yang sedang baca koran depan rumah makan junkfood A&W.Dan tanpa komando lebih lanjut pria itu menuju orang yang saya maksud.

Saya pun melangkah naik ke taksi sambil dicengirin sang porter taksi yang cekikikan bareng temannya. Baru saja saya mau naik ada suara keras yang membuat saya memalingkan wajah ke arah suara itu.


"Hati-hati di jalan ya pak!" Teriak si ibu bertas jinjing sambil mengacungkan jempol. Saya melambai sambil garuk kepala.

"Petukangan ya pak," kata si porter mempersilahkan saya masuk ke taksi.

"Oya..."

"Tadi banyak gangguan ya pak," Ujarnya sambil tertawa. Rupanya dia sedari tadi mungkin memperhatikan saya.'

"Ah engga, cuma buka praktek konsultan gratis," jawab saya.

Si porter terkekeh sambil menutup pintu mobil (Abah Ozi/4/2014)