Minggu, 26 Februari 2012

Jagoan dan Penjahat


Beberapa hari yang lalu, dokter Siswanto menelepon saya. Beliau mengabarkan kalau hasil medical checkup sudah selesai dan dapat diambil. Sebenarnya saya harus konsultasi kesehatan sebulan dua kali, tapi dasar bandel saya tak pernah menampakkan batang hidung saya di tempat praktik beliau.

Alasan paling utama saya tak pernah konsul pada pak Siswanto karena dokter ini mirip seperti Sybil Trelawney, salah satu pengajar Hogwarts di novel Harry Potter-nya J.K. Rowling. Trelawney adalah guru pelajaran ramalan yang sangat doyan meramalkan hal buruk atau kematian seseorang. Nah dokter Siswanto punya hobi yang kira-kira sama dengan Mrs. Trelawney. Saat Maret 2009 silam, dia pernah meramalkan saya akan mati sebulan lagi gara-gara nikotin. Sempat juga dia bilang umur saya cuma sampai awal tahun 2010 karena kadar kolesterol dalam tubuh saya dua kali lipat dari batas normal. Pernah juga saya katanya akan meninggal sepekan lagi dengan mata dan hidung keluar darah, padahal saya saat itu cuma kena flu dan batuk berat.

Sempat saya mempertanyakan pada dokter Siswanto kenapa hasil diagnosa beliau selalu berujung pada kematian. Dia menjawab sambil melotot. "Kamu tahu? dengan kondisi tubuh kamu seperti sekarang, ada baiknya kamu cepat-cepat bertobat pada Tuhan dan mulai mendisiplinkan tubuh supaya tetap sehat dan bugar. Jauhi rokok dan makanan berlemak. Jika tidak, akan lebih baik kamu mati cepat-cepat dan berharap supaya sakit kamu tak berkepajangan yang nantinya merepotkan banyak orang terutama keluarga. Lagian toh semua manusia akan mati kan? Termasuk kamu juga!" Kalau dia sudah nyerocos sepanjang itu, saya cuma bisa menarik napas panjang.

"Maaf dok, bukannya saya tak percaya. Saya pasti mati kok. Bener deh, saya yakin. Tapi maaf dok, jagoan tak akan mati semudah itu!" Ujar saya tak mau kalah.

"Saya setuju, jagoan memang tidak akan mati semudah itu, kalau soal matinya rada sulit, penjahat juga sama mas. Bajingan dan pendosa kelas kakap juga tak akan mati semudah itu. Tapi tetap bakalan mati juga. Lihat saja cerita di film dan novel!" Ketus pak dokter.

"Menurut dokter saya yang mana?"

"Buat saya sudah jelas dong! Badan kamu kan udah berantakan persis kayak tampangmu yang kucel begitu. Mmm.. Nyatanya, memang kamu matinya agak susah, meski sudah diramalkan berkali-kali. Jadi buat saya kamu dedengkot penjahat!" Ujar pak dokter sambil manggut-manggut.

"Kalo saya penjahatnya, jagoannya siapa dok?" Tanya saya rada mesem dan bete.

"Kok ditanya sih. Pembela kebenaran itu bisa dibedakan dari penampilannya. Liat dong pakaian saya putih bersih. Jagoan itu juga selalu tampil ganteng dan keren. Nah, saya kurang ganteng apanya coba? Berarti sayalah jagoannya!" Jawab pak Siswanto mantap.

Jika sudah adu mulut seperti itu, lebih baik saya sudahi dengan kata 'permisi' saja. Kalau makin ditambah, urusan tidak hanya sampai hati, tapi juga menusuk sampai ke jantung. Sebelum pulang dia sering menepuk bahu saya sambil tersenyum. "Check up lagi nanti ya! Jangan bandel." katanya.

"Ah bapak ini gimana sih, penjahat super kan harus bandel." Jawab saya.

"Kalau kamu sering konsul kesini, saya nanti akan rekrut kamu jadi jagoan deh." Kata pak dokter setengah berbisik.