Jumat, 29 November 2013

Maaf , Daku Khilaf

Manusia kadang suka lupa. Saya pun tak terkecuali. Dulu ketika jadi tukang reparasi komputer, saya dengan pedenya bilang pada pelanggan saya kalau power supply komputernya rusak dan harus diganti.

"CPU-nya gak mau nyala pak, power supplynya ganti ya?"
Sang pemilik komputer yang sedari tadi memperhatikan saya malah mesem. "Masa sih mas, waktu ngecek CPU,  kabel power udah dicolok belum?"
"Oh iya!" Saya tepok jidat.


Malu?Sudah pasti!

Tengsin? Jelas!

Khilaf? Udah jangan dibahas!

Saya punya kebiasaan jorok. Ngupil seenaknya dan menaruh 'harta karun' itu dimana saja. Kadang dioles ke dinding, bisa juga nangkring di gorden. Meski sudah dimarahi istri berulang kali, tapi kebiasaan buruk itu susah hilang. Pernah juga saya lupa, tepat didepan batang hidung dia, saya hendak menempelkan upil ke 1.267 di dinding dapur.

"JANGAN TARO UPIL DISITUUU!" Teriak istri sayah marah.
"Oh iya, maaf sayang, daku khilaf," saya agak kaget juga. Soalnya suara teriakan tadi bisa dibilang ctar membahana.
"Gimana sih," sang istri pun manyun.
"Ya, ya... Enggak lagi-lagi kok." Jawab saya sambil menepuk bahunya.

Saya pun pergi dari dapur menuju ruang depan. Tapi tampaknya saya teringat sesuatu yang salah. Upil saya dimana? Buru-buru menuju dapur dan disanalah saya menemukan sang upil bertengger di bahu sang istri dengan anggunnya. Dalam hati saya bilang, "Maaf sitriku, daku khilaf lagih!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar